Tuesday, February 28, 2012

Sosis di Indonesia Bukan dari Daging?

Pertama kali browsing baca artikel ini saya cukup kaget. Sosis yang selama ini dikonsumsi kebanyakan warga Indonesia ternyata bukan berasal dari daging. Hal ini diungkapkan oleh seorang chef dari Jerman pada suatu acara di Hotel Sari Pan Pacific, Sudirman, Jakarta Pusat, Chef Claas Meinke. Katanya, sosis di negara-negara Asia termasuk Indonesia ternyata bukan sosis asli alias sosis abal-abal. Sosis yang mudah didapatkan di supermarket dengan harga cukup murah ternyata terbuat dari kacang kedelai dan TIDAK ADA dagingnya.

Chef Claas Meinke juga mengatakan bila sosis yang dijual di Indonesia lebih dominasi bahan kimia yang berasal dari bumbu. Berbeda dengan sosis yang di negara-negara maju yang berasal dari 100 persen daging, 50 persen daging, 25 persen lemak, dan 25 persen es.

Jadi wajar jika harga sosis yang asli memang sedikit mahal sekitar Rp 45-60 ribu dan biasanya tidak dijual di pasar tradisional karena suhu penyimpanan sosis harus diatur.

Sumber : okezone.com

Saturday, February 18, 2012

GALAU Penyebab Penyakit Jantung Pada Wanita

Selamat pagi, menyambut hari Sabtu yang sedikit mendung dan gerimis rintik-rintik ini saya akan membahas masalah penyakit jantung. Tapi pembahasan kali ini lebih condong pada penyakit jantung yang diderita wanita. Kenapa? Karena pada wanita, ketika mengalalami serangan jantung akan lebih sering salah didiagnosis. Hal ini disebabkan  gejala pada wanita berbeda dengan pria, seperti terkena tekanan dan rasa berat pada dada (angina) seperti di sinetron-sinetron televisi.

Dua puluh tahun terakhir para ilmuwan telah meneliti bahwa wanita memiliki hormon dan sudut pandang psikologis yang berbeda dengan pria dalam mempengaruhi kesehatan jantungnya. Wanita lebih suka bicara tentang perasaan, rasa sakit dan nyeri daripada pria. Secara tidak sadar sering kondisi perasaannya ke dalam gejala fisik. Hal ini diperparah dengan perilaku wanita yang menahan diri untuk ke dokter ketika terkena serangan jantung, mereka tidak menganggap gejala tersebut bukanlah hal yang serius. Malah lebih banyak yang memeriksakan kesehatannya ke psikiater daripada ke dokter. Gejala mulas atau kesulitan epigastrum ketika wanita terkena serangan jantung juga lebih sering salah didiagnosis daripada pria.

Pada tahun 1990, Dr Legato diminta Asosiasi Jantung Amerika (AHA) untuk meninjau literatur tentang wanita dan penyakit koroner. Legato mengatakan bahwa wanita yang mengalami patah hati setelah mengalami serangan jantung memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar terkena serangan jantung daripada pria.

Baru-baru ini, jurnal Circulation melaporkan peningkatan risiko risiko serangan jantung yang disebut infark myocardcial karena kesedihan. Risikonya meningkat pada hari-hari dan minggu-minggu setelah kehilangan orang yang dicintai, terutama pada orang yang berisiko penyakit jantung. So, say no to GALAU. Gerak Hidup!!! -detik.com-


Tuesday, February 14, 2012

Cek Kadar Gula Darah dengan Air Mata

Air Mata (google.com)
Biasanya cek kadar gula dalam tubuh melalui darah. Kini para ilmuwan dan dokter menemukan cara yang lebih praktis untuk mengukur kadar gula. Kini studi baru menemukan ide dengan menggunakan air mata dan bukan darah.

Para peneliti dari University of Michigan mengembangkan sebuah sensor yang bisa mendeteksi kadar gula atau glukosa dalam air mata. Hasil penelitian ini diterbitkan 9 November 2011 dalam jurnal Analytical Chemistry. Penelitian dilakukan terhadap 12 kelinci dan menunjukkan bahwa kadar glukosa dalam air mata berkorelasi atau behubungan dengan kadar glukosa yang ada di dalam darah.

Orang dengan diabetes memiliki kadar glukosa yang terlalu banyak di dalam darahnya, hal ini bisa disebabkan pankreas yang berhenti memproduksi insulin atau sel-sel dalam tubuh yang sudah resisten terhadap insulin. Kondisi ini membuat tubuh tidak bisa menyerap gula dari aliran darah.

Alat yang dikembangkan mempunyai sensor sensitif yang bisa disentuh di bagian mata yang berwarna putih selama 5 detik kemudian ditekan ke dalam perangkat yang sudah didesain untuk membaca kadar glukosa. Tingkat glukosa dalam air mata diketahui 30 kali lebih rendah dibanding dalam darah, untuk itu para ahli tengah mengembangkan sensor yang bisa bekerja dengan sangat sensitif sehingga dapat menghasilkan data akurat pada jumlah cairan yang kecil.

Tantangan utamanya adalah penguapan, konsentrasi yang lebih rendah, serta glukosa termasuk stress responder yang berarti sulit mendapatkan pembacaan akurat jika mata sedang stress.(dari berbagai sumber)

Sunday, February 12, 2012

Mobil yang Bisa Dilipat

Satu lagi hal unik karya manusia yang patut diacungi jempol. Sebuah mobil yang bisa dilipat ini merupakan karya pabrikan dari Spanyol. Berawal dari masalah jalan perkotaan yang kian padat dan lahan parkir yang terbatas di kota-kota besar, perusahaan asal negeri Matador itu berinovasi dengan mengembangkan mobil lipat bertenaga listrik yang dijuluki Hiriko. Hiriko sendiri berarti urban dalam bahasa Basque.

Hiriko
Mobil ini bisa dilipat seperti melipat kereta dorong bayi. Sasis mobil akan bengkok seperti kereta bayi. Panjangnya hanya 2,5 meter, daya tampung 2 orang, dan tidak memiliki pintu samping. Jadi untuk masuk ke kabin penumpang, bisa lewat jendela depan dengan melangkahi dashboard mobil.

Hiriko menggunakan 4 motor yang dikawinkan dengan lithium-ion. 1 mobil listrik menggerakan 1 roda secara independen. Mobil ini sanggup menjangkau jarak tempuh 120 kilometer dengan satu kali pengisian penuh baterai. Sementara kecepatan maksimalnya mencapai 90 km/am.

Kabarnya mobil mobil tersebut diproduksi pada 2013, dan mulai dijual di Eropa dengan banderolan 12.500 euro atau sekitar Rp 148 juta. Hmmm... kira-kira cocok nggak ya dipakai di Indonesia yang notabene masih rawan banjir. Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya. 

Proses melipat

Saturday, February 11, 2012

Jadi Jomblo Lebih Gampang Sakit-Sakitan

Lagi surfing di dunia maya, kebetulan berhenti di detik.com. Ada artikel menarik.  Jomblo gampang sakit-sakitan? Masa sih? Apa hubungannya jomblo dan sakit? Sepertinya tidak ada relevansi jika dipikir dengan logika. Tapi di situs ini dibahas ulasannya seperti berikut.

Menurut sebuah penelitian, seseorang yang jomblo atau tidak punya pasangan lebih mudah kena penyakit lalu meninggal di usia lebih muda. Dr Jacob Udell dari Brigham and Women's Hospital di Florida mengungkap hal itu setelah meneliti 45.000 orang yang berasal dari 29 negara di seluruh dunia. Para pertisipan rata-rata berusia 65 tahun dan 20 persen di antaranya jomblo alias tidak punya pasangan, kacian.

Dalam pengamatan selama 4 tahun, 11,4 persen partisipan yang tidak memiliki pasangan meninggal karena berbagai sebab terutama karena sakit kronis. Pada kelompok responden yang punya pasangan, angka kematian dalam 4 tahun berikutnya lebih kecil yakni 9,3 persen.
Hasil pengamatan ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya, yang mengatakan bahwa risiko kematian dini karena berbagai sebab bisa meningkat hingga 21 persen jika seseorang tidak punya pasangan. Faktor kebersamaan diyakini sebagai kuncinya, karena bisa saling merawat.

"Orang-orang yang berusia 65 tahun berada pada risiko paling tinggi. Makin tua, risikonya makin turun dan pada umur 80 tahun tidak ada bedanya lagi jomblo maupun punya pasangan," ungkap Dr Udell seperti dikutip dari Dailymail, Senin (21/11/2011).

Menurut Dr Udell, pada titik tertentu semua orang yang sudah lanjut usia akan punya risiko yang sama untuk mengalami kematian dini. Ada faktor usia yang tidak mungkin dipungkiri dan tetap berpengaruh meski didampingi oleh pasangan yang setia.

Namun bagi pasangan muda hingga usia 65 tahun, Dr Udell mengatakan peran pasangan sangat besar dalam hal saling menjaga kesehatan. Selain bisa saling merawat saat salah satu sedang sakit, masing-masing juga bisa saling mengingatkan untuk hidup sehat maupun sekedar minum obat saat sama-sama sedang sakit.

Friday, February 10, 2012

Karbohidrat Bikin Ngantuk, Protein Bikin Melek

Sering ngantuk di kelas waktu guru/dosen mengajar? Mungkin sebagian dari kalian menjawab iya (terutama mahasiswa jurusan farmasi seperti saya, hehe). Mengantuk menjadi kebiasaan yang wajar/rutinitas sebagian mahasiswa, apalagi ketika ada mata kuliah yang lebih dari 2 sks. Ditambah lagi pengaruh AC, dosen yang monoton ngajarnya, nahan rasa lapar karena belum sarapan bagi yang ngekos biasanya, atau lagi galau mungkin, hehe. Tulisan saya kali ini akan menjelaskan salah satu penyebab rasa ngantuk dari pola makan saat sarapan. 

Bagi yang terbiasa sarapan dengan nasi, ini bisa jadi penyebabnya. Karbohidrat yang dikandung nasi bisa meningkatkan energi, tapi bisa menurunkannya dengan cepat yang mengakibatkan tubuh lemas dan sering menguap. Lalu, apa yang seharusnya kita makan waktu sarapan agar efek ngantuk ini hilang? Jawabannya adalah protein! Kenapa protein? karena protein dapat merangsang sel-sel otak tertentu yang bisa membuat orang terjaga. Protein juga merangsang sel-sel otak tertentu untuk dapat membakar kalori, sehingga dapat menjaga seseorang tetap langsing (bagus nih buat cewek). 

Sel orexin di otak mengirim sinyal listrik yang merangsang tubuh agar tetap terjaga dan memerintahkan tubuh untuk menggunakan energi dan membakar kalori. Gampangannya sel orexin ini baterainya tubuh biar nggak ngantuk. Sel orexin di hipotalamus otak mengeluarkan stimulan yang disebut orexin atau hypocretin. Stimulan tersebut akan mengatur keseimbangan energi dan menjaga seseorang tetap terjaga. Kehilangan sel unik tersebut dapat menyebabkan narkolepsi (penyakit gampang tertidur) dan peningkatan berat badan. 

Narkolepsi merupakan gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa kantuk luar biasa di siang hari dan serangan tidur tiba-tiba. Orang dengan narkolepsi sering menemukan kesulitan untuk tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama. 

Glukosa memblokir aktivitas sel-sel orexin. Hal tersebut menunjukkan bahwa glukosa merupakan penyebab kantuk setelah makan. Asam amino akan dicegah oleh glukosa dengan menghalangi aktivitas sel orexin. Jadi jelas, orang tampak lebih terjaga setelah makan tinggi protein daripada setelah makan tinggi karbohidrat. Meskipun dua makanan mungkin berisi jumlah kalori yang sama, namun dengan menambah sedikit protein akan memerintahkan tubuh untuk membakar kalori lebih banyak dari yang dikonsumsi. 

Jadi kesimpulannya, perbanyak konsumsi makanan berprotein seperti daging, telur, susu, dan lain-lain sewaktu sarapan. Porsi nasinya jangan banyak-banyak, secentong cukuplah ya... hehe. Demikian tips dari saya, semoga bermanfaat ^_^